A Small Handbag for My Best Friend

Step by step to Make My Beige Crochet Bag

The first step: create a chain of flowers

The second step: create the base of bag

The third step: knit up to the top of the bag and make strap for bag.

And the result is:

Make Your Own Pack!

Ini serba mendadak. Ketika ada yang tertarik untuk memesan hasil crochet saya, dengan mendadak saya putuskan untuk packaging sendiri beserta labelnya. Kalau bicara soal hasil, masih terkesan kaku sekali. Gambar dan tulisan dari tangan saya sendiri ini bisa dibilang berantakan. Tapi pada intinya, ini merupakan bentuk awal dari sebuah usaha. :)

Basket Shawl

Shawl dengan pola basket ini hangat dipakai karena saya pilihkan benang dengan tekstur yang halus dan tebal. Ini merupakan pesanan dari seorang teman untuk dia berikan sebagai hadiah ulang tahun.

Semoga hasilnya pantas dan yang menerima pun senang. :)

A Cow. Yes, I think.

I made this one for no reason. Just tried to made something new of crochet.

A cow from my own hand. My simple work.

Finally, this is it!

Thank you. :)

Pilihan, rasa, dan jawaban.

Pilihan. Jika bicara soal pilihan maka sejujurnya hal seperti ini yang sangat tidak saya suka.
Jangankan untuk memilih salah satu, menolak satu hal saja saya selalu gagal.

Tapi ini bukan soal pilihan. Ini soal rasa. Perasaan.
Rasa ini lah yang kemudian enggan untuk memulai perjalanan baru.
Ada sebuah perjalanan yang dengan rasa itu telah banyak cerita tertoreh.
Tentang perjuangan, tentang ketulusan menerima satu sama lain, tentang pembelajaran dan semuanya.
Meskipun akhir perjalanan ini tak akan pernah tau akan seperti apa.

Hanya berjuang. Atau setidaknya mencoba.
Entah sampai kapan.



Maaf.

Keponakan

Andhita. Kakak. Nalani. Adik.

Entah hiruk, entah pikuk. Segala polah selalu menghibur.

Temporary Home

Ini cerita pendek tentang keluarga baru saya. Sebelumnya tak pernah terbesit di pikiran akan tinggal dan menjadi bagian dari mereka. Porsea. Bahkan sampai sekarang saya masih kerap bingung apakah itu nama Desa, Kabupaten, atau Kecamatan. Lokasinya memang di Sumatera Utara, tapi jarak dari Medan kurang lebih 5-6 jam.
Sebelum saya sampai di Porsea, banyak yang berpesan untuk hati-hati ketika bicara dengan orang-orang di sana. Dikatakannya bahwa mereka keras, kasar, dan segala macamnya. Sempat saya merasa "Oh God!", tapi semua harus dicoba.
Saya jauh ke sana untuk bekerja, atau apapun yang saya lakukan di sana, setidaknya saya tidak menganggur saja. Saya tidak akan membicarakan apa-apa tentang perusahaan tempat saya bekerja, hanya sepenggal cerita tentang orang-orang di sana yang sudah membuat saya merasa di rumah. Mereka sungguh luar biasa baik. Tak pernah sedetikpun saya merasa asing dan sendiri di sana. Bahkan perasaan bahwa mereka keras, kasar dan segala macamnya tak pernah terpikirkan sama sekali.
Ya! Mereka adalah my temporary home. Saya menyebutnya temporary karena bagaimanapun, saya pasti harus pulang pada rumah yang berisikan tanggung jawab besar terhadap penghuni lainnya. Tapi, temporary home ini tidak akan pernah saya lupakan. Mereka adalah bagian dari perjalanan. Mereka adalah bagian dari cerita. Dan mereka pun bagian dari kebahagiaan. Mereka selalu membuat saya ingin kembali dan merasakan 'rumah' di sana.

Dan inilah sebagian cerita bersama mereka.

Perjalanan menyeberangi Danau Toba menuju Pulau Samosir. Kurang lebih 45 menit perjalanan.

Persinggahan sebelum sampai di Pulau Samosir.

 Tomok. Salah satu tempat yang menarik dikunjungi di Pulau Samosir.

Patung/boneka kayu ini digerakkan untuk menari dengan diiringi musik.

  

Daaann, ini lah kami. Yeaayy! 

 

 Hutan, kantor, dan teman kerja adalah bagian dari rutinitas keren saya.

  Perjalanan menuju air terjun Ponot

 Naik-naik ke puncak Ponot, tinggi-tinggi sekaliii....

 Wwwwooowww..!!

 Mari kita pulaaaangg..

 Bendungan di sekitar sungai Asahan.

 

 Rute perjalanan. Oh, indahnyaa..

Ya. Itu lah mereka. Cerita. Perjalanan. Petualangan. Perjuangan. Pelajaran. Keluarga. Rumah. Dan Kebahagiaan. Terimakasih.